Waktu psikologi mulai timbul sebagai
ilmu pengetahuan pada abad XIX di Jerman, maka yang dijadikan objek adalah
kesadaran orang normal, dewasa dan beradab. Hal ini timbul karena pengaruh
Descrates dengan berpangkal kepada semboyan: Cogito ergo sum menetapkan bahwa
objek psikologi adalah kesadaran. Tugas psikologi adalah menganalisis kesadaran
itu, kesadaran digambarkan terdiri dari unsur struktural yang sangat erat
hubungannya dengan proses-proses dalam panca indera. Psikologi berusaha mencari
unsur dasar daripada kesadaran itu dan menentukan bagaimana unsur-unsur itu
bergabung (demikianlah Psikologi asosiasi, bahkan sampai pada psikologi Wundt).
Pendapat tersebut banyak yang
menentang, termasuk Freud. Freud menganggap kesadaran hanya merupakan sebagian
kecil daripada seluruh kehidupan psikis. Misal: gunung es di tengah lautan,
yang ada di atas permukaan air laut itu menggmbarkan kesadaran, sedangkan yang
di bawah permukaan air laut menggambarkan ketidaksadaran. Dalam ketidaksadaran
tersebut terdapat kekuatan-kekuatan dasar yang mendorong pribadi. Selama
40tahun Freud menjelajah ketidaksadaran itu dengan metode asosiasi bebas dan
berhasil mengembangkan teori kepribadian yang kemudian besar sekali pengaruhnya
dalam lapangan psikologi.
2.
Sigmund Freud, Bapak Psikoanalisis
Sigmund Freud lahir di Moravia pada
tanggal 6 Mei 1856 dan meninggal di London pada tanggal 23 September 1939.
Sebagai anak muda Freud bercita-cita menjadi ahli ilmu pengetahuan dan dengan
keinginan itu pada tahun 1873 masuk fakultas kedokteran di Wina, dan tamat pada
tahun 1881.
Perhatian khusus Freud terhadap
neurologi mendorongnya mengadakan spesialisasi dalam perawatan orang-orang yang
menderita gangguan syaraf. Untuk mempertinggi kecakapannya Freud belajar selam
satu tahun kepada seorang ahli penyakit jiwa di Prancis, yaitu Jean Charcct.
Charcct menggunakan metode hipnosis. Freud mencoba metode tersebut tapi tidak
merasa puas, ketika dia mendengar bahwa Joseph Breuer, seorang dokter di Wina,
mempergunakan metode dengan mengajak pasien berbicara. Freud mencobanya dan
berhasil. Breuer dan Freud bersama-sama menulis tentang histeria yang
disembahkan dengan percakapan itu (Studien Ueber Hysterie, 1895).
Kedua ahli itu segera bertentang
pendapat mengenai pentingnya faktor seksual dalam histeria. Freud berpendapat
bahwa konflik-konflik seksual merupakan sebab daripada histeria. Sejak berpisah
dengan Breuer, Freud menempuh jalannya sendiri dan mengemukakan gagasannya yang
akhirnya merupakan dasar dari teori psikoanalisis dan memuncak dengan terbitnya
karya utamanya yang pertama yaitu: “Traumdeutung” (Takbir Mimpi, The
Inspiration of Dream, 1910).
Tak lama kemudian Freud diikuti oleh
banyak ahli dari berbagai negara, antara lain: Ernest Jones dari Inggris, Carl
Gustav Jung dari Zurich, Karl Abraham dari Berlin, Alfred Adler dari Wina, A. A.
Brill dari New York, Sandor Jerenzi dari Budapest. Dua orang muridnya
memisahkan diri karena tidak dependapat dengannya. Mereka yaitu: A. Adler
(mendirikan Individual Psychologie tahun 1910) dan C. G. Jung (mendirikan
Analytische Psychologie tahun 1913).
POKOK-POKOK
TEORI FREUD MENGENAI KEPRIBADIAN
Teori Freud mengenai kepribadian
dapat diiktisarkan dalam rangka struktur, dinamika dan perkembangan kepribadian.
I. STRUKTUR KEPRIBADIAN
Menurut Freud kepribadian terdiri
atas tiga sistem atau aspek, yaitu:
1. Id
yaitu aspek biologis,
2. Ego
yaitu aspek psikologis,
3. Super
ego yaitu aspek sosiologis.
Ketiga
aspek itu masing-masing mempunyai fungsi, komponen, sifat, prinsip kerja,
dinamika sendiri-sendiri, mamun ketiganya berhubungan ddengan rapatnya sehingga
tidak mungkin memisahkan pengaruhnya terhadap tingkah laku manusia, tingkah
laku selalu merupahan hasil kerjasama dari ketiga aspek itu.
1. Id
Aspek
ini adalah aspek biologis dan merupakan sistem yang original di dalam
kepribadian, aspek inilah aspek yang
lainnya tumbuh, Freud menyebutnya juga realitas psikis yang sebenar-benarnya
(“The True Psychic Reality”), oleh karena Id merupakan dunia batin manusia atau
subyektif, dan tidak mempunyai hubungan langsung dengan dunia obyektif. Id
berisikan hal-hal yang dibawa sejak lahir (unsur biologis), termasuk instink,
dan Id merupakan “reservior” energi psikis yang menggerakkan Ego dan Super Ego.
Energi psikis di dalam Id itu dapat meningkat oleh karena perangsang, baik
perangsang dari luar maupun perangsang dari dalam. Apabila energi meningkat,
yang berarti ada tegangan, segeralah Id mereduksikan energi itu untuk
menghilangkan rasa tidak enak itu. Menjadi pedoman dalam berfungsinya Id ialah
menghindarkan diri dari ketidakenakan dan mengejar keenakan, pedoman ini
disebut “Prinsip Kenikmatan” atau “Prinsip Keenekan” (Lust Prinzip, the
Pleasurre Principle). Untuk menghilangkan ketidakenakan dan mencapai kenikmatan
iti Id mempunyai dua cara (alat proses), yaitu:
(a) Refleks
dan reaksi-reaksi otomatis, seperti bersin, berkedip, dan sebagainya;
(b) Proses
primer (Primair Vorgang),misalnya orang lapar membayangkan makanan
Akan
tetapi jelas bahwa cara “ada” yang demikian itu tidak memenuhi kebutuhan, orang
yang lapar tidak akan menjadi kenyang dengan membayangkan makanan. Karena itu
maka perlulah adanya sistem lain yang menghubungkan pribadi dengan dunia
objektif.
2. Ego
Aspek
ini adalah aspek psikologis daripada kepribadian dan timbul karena kebutuhan
organisme untuk berhubungan secara baik dengan dunia kenyataan (Realitat).
Orang lapar mesi perlu makan untuk menghilangkan tegangan yang ada dalam
dirinya, ini berarti bahwa organisme harus dapat membedakan antara khayalan
tentang dan kenyataan tentang makanan. Disinilah letak perbedaan antara Id dan
Ego, yaitu kalau Id hanya mengenal dunia batin maka Ego dapat membedakan suatu
yang hanya ada dalam batin dan sesuatu yang ada di dunia luar.
Dalam fungsinya Ego berpegang pada “Prinsip
Kenyataan” atau “Prinsip Realitas” (Realitatsprinzip, the reality principle)
tujuannya ialah mencari objek yang tepat (serasi)untuk mereduksikan tegangan
yang timbul dalam organisme dan beraksi dengan sekunder (Sekundar Vorgang,
secondary process) adalah proses berfikir realistis, dengan mempergunakan
proses sekunder Id merumuskan suatu rencana untuk pemuasan kebutuhan dan
mengujinya (biasanya dengan sesuatu tindakan) untuk mengetahui apakah rrencana
itu berhasil atau tidak. Misal: orang lapar merencanakan dimana dia dapat
makan, lalu pergi ketempat tersebut untuk mengetahui apakah rencana tersebut
berhasil (cocok dengan realitas) atau tidak. Perbuatan ini secara teknis
disebut Reality Testing.
Ego dapat pula dipandang sebagai aspek
eksekutif kepribadian, oleh karena Ego ini mengontrol jalan-jalan yang
ditempuh, memilih kebutuhan-kebutuhan yang dapat dipenuhi serta cara-cara
memenuhinya, serta memilih obyek-obyek yang dapat memenuhi kebutuhan, dalam
menjalankan fungsi ini seringkali Ego harus mempersatukan
pertentangan-pertentangan antara Id dan Super Egodan dunia luar. Namun harus
selalu diingat, bahwa Ego adalah drivat dari Id dan bukan untuk merintanginya,
peran utamanya ialah menjadi perantara antara kebutuhan-kebutuhan instinktif
dengan keadaan lingkungan, demi kepentingan adanya organisme.
3. Super
Ego
Adalah aspek sosiologi kepribadian,
wakil dari nilai-nilai tradisional serta cita-cita masyarakat sebagaimana
ditafsirkan oran tua kepada anaknya. Yang diajarkan dengan berbagai perintah
dan larangan. Super Ego merupakan kesempurnaan daripada kesenangan, karena
Super Ego dapat dianggap sebagai aspek moral kepribadian. Fungsi pokoknya ialah
menentukan apakah sesuatu benar atau salah, pantas atau tidak, denagn demikian
pribadi dapat bertindak sesuai dengan moral masyarakat.
Super Ego diinternalisasikan dalam
perkembangan anak sebagai response terhadap hadiah dan hukuman yang diberikan
oleh oran tua). Dengan maksud mendapatkan hadiah dan menghindari hukuman anak
mengatur tingkah lakunya sesuai dengan garis-garis yang dikehendaki oleh orang
tuanya. Apaun juga yang dikatakan sebagai tidak baik dan bersifat menghukum
akan cenderung untuk menjadi “Conscentia” anak, apapun juga yang disetujui dan
membawa hadiah cenderung untuk menjadi Ego Ideal anak. Mekanisme yang menyatukan
sistem tersebut kepada pribadi disebut Introjeksi. Super Ego berisi dua hal yaitu Conscentia
adalah menghukum anak dengan memberikan rasa dosa dan Id Ideal adalah
menghadiahi orang dengan rasa bangga akan dirinya. Terbentuknya Super Ego ini
maka kontrol terhadap tingkah laku yang dulunya dilakukan oleh oran tuanya
menjadi dilakukan oleh dirinya sendiri, moral yang dulunya heteronom lalu
menjadi otonom.
Fungsi pokok Super Ego itu dapat dilihat
dapal hubungan dengan ketiga aspek kepribadian yaitu:
(a) Merintangi
impuls-impuls Id, terutama impuls seksual dan agresif yang pernyataannya sangat
ditentang oleh masyarakat;
(b) Mendorong
Ego untuk lebih mengerjar hal-hal yang moralistis daripada realistis;
(c) Mengejar
kesempurnaan.
Super Ego adalah untuk menentang baik
Ego maupun Id dan membuat dunia menurut konsepsi yang ideal. Demikianlah
kepribadian menurut Freud, terdiri atas tiga aspek. Dalam keadaan biasa ketiga
sistem itu bekerja sama dengan diatur oleh Ego, kepribadian berfungsi sebagai
kesatuan.
II.
DINAMIKA KEPRIBADIAN
Freud terpengaruh oleh filsafat
determinisme dan positivisme abad XIX dan menganggap organisme manusia sebagai
kompleks sistem energi, yang energinya dari makanan serata mempergunakannya untuk
bermacam-macamhal: sirkulasi, pernafasan, gerakan otot-otot, mengamati,
mengingat, berfikir dan sebagainya. Energi berdasarkan lapangan kerjanya, Freud
menamakan energi dalam bidang Psike ini “energi psikis” (Psychic energy).
Menurut hukum “penyimpangan tenaga”(Conservation of energy) maka energi dapat
berpindah dari satu tempat ke tempat lain, tetapi tak dapat hilang. Freud
berpendapat, bahwa energi psikis dapat dipindahkan ke energi fisiologis dan
sebaliknya. Jembatan antara energi tubuh dengan kepribadian ialah Ego dengan
Instink-instinknya.
1.
Instink
Ada tiga istilah yang banyak
persamaannya, yaitu instink, keinginan (Wish), kebutuhan (Need). Instink adalah
sumber perangsang somatis dalam yang dibawa sejak lahir, keinginan adalah
perangsang psikologis, sedangkan kebutuhan adalah perangsang jasmani. Organisme
juga dapat dirangsang dari luar. Freud beranggapan, bahwa sumber-sumber
perangsang dari luar memainkan peranan yang kurang penting jika dibandingkan
dengan instink, pada umumnya perangsang dari luar lebih sedikit pengaruhnya
terhadap individu daripada perangsang dari dalam, orang dapat menghindarkan
diri dari perangsanga luar, tapi tak dapat melarikan diri dari perangsang dari
dalam.
Suatu instink adalah sejumlah energi
psikis, kumpulan dari semua instink-instink merupakan keseluruhan daripada energi
psikis yang dioergunakan oleh kepribadian. Sebagaimana telah disebutkan Id
adalah Reservoir energi ini, serta merupakan tempat kedudukan instink-instink
pula. Suatu instink itu mempunyai empat macam sifat, yaitu:
(a) Sumber
Instink
Yaitu
kondisi jasmaniah, jadi kebutuhan
(b) Tujuan
Instink
Ialah
menghilangkan rangsangan kejasmainian, sehingga ketidak-enakan yang timbul
karena adanya tegangan yang disebakan oleh meningkatnya energi dapat
ditiadakan. Misal, tujuan instink lapar.
(c) Obyek
Instink
Ialah
segala aktivitas yang mengantarai keinginan dan terpenuhinya keinginan itu.
(d) Pendorong
atau Penggerak Instink
Ialah
kekuatan instink itu, yang tergantung pada intensitas (besar-kecilnya)
kebutuhan. Misal, makin lapar instink laparnya makin besar.Sumber dan tujuan instink itu tetap
selama hidup, sedangkan objek serta cara yang dipakai selalu berubah-ubah. Ini
disebabkan karena energi psikis itu dapat dipindahkan, dapat digunakan dalam
berbagai jalan, akibatnya obyek yang tidak dapat digunakan maka dicari obyek
yang lain, begitu seterusnya sampai diketemukan obyek yang cocok. Tingkah laku
yang timbul dan didorong oleh energi itu disebut derivat instink (“Instinc
Derivative”). Misal, pemuasan instink seksual bayi adalah dengan cara
mempermainkan alat kelaminnya sendiri.
Pemindahan energi dari satu obyek ke
obyek lain adalah sifat yang sangat penting pada kepribadian. Praktis semua
perhatian, kegemaran, perasaan, kebiasaan serta sikap orang dewasa adalah pemindahan
dari obyek aslinya (instink), jadi semua itu adalah “Instinc Derivative”. Teori
Freud tentang motivasi semata-mata didasarkan pada pikiran, bahwa instink
adalah sumber energi tunggal bagi tingkah laku manusia. Salah satu masalah yang
banyak dibicarakan oleh para ahli ialah jumlah dan macam-macamnya instink.
James mengemukakan 30 buah macam instink, McDougall mengemukakan 14 dan
kemudian 18 instink, Thorndike mengemukakan 40 macam atau lebih, Warren
mengemukakan 26 macam atau lebih, Angel mengemukakan 16 macam. Freud tidak
berusaha memberikan jumlah serta macam-macamnya instink itu sebab dia
beranggapan bahwa keadaan tubuh tempat bergantungnya instink itu tidak cukup
dikenal. Freud menerima bahwa bermacam-macm instink itu dapat dikelompokan
menjadi dua kelompok, yaitu :
(a) Instink-instink
hidup
Fungsi
instink hidup adalah melayani maksud individu untuk tetap hidup dan
memperpanjang ras. Bentuk-bentuk utama dari instink ini ialah instink makan,
minum, dan seksual. Bentuk energi yang dipakai oleh instink-instink hidup itu
disebut “libido”. Walaupun Freud mengakui adanya bermacam-macam bentuk instink
hidup, namun dalam kenyataannya yang paling diutamakan adalah instink seksual
(terutama dalam masa-masa permulaan, sampai kira-kira tahun 1920).
(b) Instink-intink
mati
Instink-intink
mati juga disebut merusak (destruktif). Freudberpendapat bahwa tiap orang
mempunyai keinginan yang tidak disadarinya untuk mati. Pendapat tentang adanya
keinginan mati itu didasarkan pada
prinsip konstansi yang dirumuskan oleh Fechner, yaitu bahwa semua proses kehidupan
itu cenderung untuk kembali kepada ketetapan dunia tiada berkehidupan
(anorganis).
Dalam bukunya yang berjudul
“Jenseits des Lustprinzips 1920) Freud memberi alasan tentang adanya keinginan
untuk mati itu demikian
Kehidupan itu ditimbulkan oleh aksi
tenaga kosmis terhadap benda anorganis. Dengan berkembangnya mekanisme
reproduksi benda-benda hidup dapat memproduksi jenisnya sendiri dan tak
tergantung kepada diciptakan dari alam tak berkehidupan, tetapi walaupun
demikian individu-individu tak dapat tiada mesti mengikuti prinsip konstansi,
karena prinsip inilah yang menguasainya ketika ia dihidupi. Menurut Freud hidup
itu tidak lain hanya perjalanan ke arah mati. Keinginan mati pada manusia
adalah pernyataan psikologis prinsip konstansi.
Suatu derivatif instink-instink mati yang terpenting
adalah dorongan agresif. Sifat agresif adalah pengrusakan diri yang diubah
dengan obyek substitusi. Seorang berkelahi dengan orang lain dan bersifat
destruktif, karena keinginan matinya dirintangi oleh kekuatan lain, dalam
kepribadian yang berlawanan dengan keinginan mati. Instink-instink hidup dan
instink-instink mati dapat saling bercampur, saling menetralkan. Makn misalnya
merupakn campuran dorongan makan dan dorongan dekstruktif, yang dapat dipuaskan
dengan menggigit, mengunyah dan menelan makanan.
2. Distribusi
dan penggunaan energi psikis
Dinamika kepribadian terdiri dari
cara bagaimana energi psikis itu didistribusikan serta digunakan oleh Id, Ego,
dan Super Ego. Pada mulanya Id yang memiliki semua energi dan mempergunakannya
untuk gerakan-gerakan refleks dan “pemenuhan keinginan” (wish-fulfillment,
wens-vervulling). Kedua aktivitas ini dikemudikan oleh Lust-prinzips. Energi di
dalam Id itu sangat mudah bergerak dan berpindah (sangat fluid), sehingga dapat
dengan mudah pindah dari satu gerakan ke gerakan yang lain, atau dari khayalan
yang satu ke khayalan yang lain.
Karena Ego tidak mempunyai energi
sendiri, maka dia harus meminjamnya dari Id. Jadi harus ada perpindahan energi
Id ke Ego ini terjadi karena suatu mekanisme yang disebut: identifikasi. Pengertian identifikasi ini adalah pengertian yang
sangat penting dalam psikologi Freud, tetapi juga sangat sukar untuk
dimengerti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar