Kamis, 13 Desember 2012

Teori Sigmund Freud: Psikoanalisis

1. Situasi Ilmiah
            Waktu psikologi mulai timbul sebagai ilmu pengetahuan pada abad XIX di Jerman, maka yang dijadikan objek adalah kesadaran orang normal, dewasa dan beradab. Hal ini timbul karena pengaruh Descrates dengan berpangkal kepada semboyan: Cogito ergo sum menetapkan bahwa objek psikologi adalah kesadaran. Tugas psikologi adalah menganalisis kesadaran itu, kesadaran digambarkan terdiri dari unsur struktural yang sangat erat hubungannya dengan proses-proses dalam panca indera. Psikologi berusaha mencari unsur dasar daripada kesadaran itu dan menentukan bagaimana unsur-unsur itu bergabung (demikianlah Psikologi asosiasi, bahkan sampai pada psikologi Wundt).
            Pendapat tersebut banyak yang menentang, termasuk Freud. Freud menganggap kesadaran hanya merupakan sebagian kecil daripada seluruh kehidupan psikis. Misal: gunung es di tengah lautan, yang ada di atas permukaan air laut itu menggmbarkan kesadaran, sedangkan yang di bawah permukaan air laut menggambarkan ketidaksadaran. Dalam ketidaksadaran tersebut terdapat kekuatan-kekuatan dasar yang mendorong pribadi. Selama 40tahun Freud menjelajah ketidaksadaran itu dengan metode asosiasi bebas dan berhasil mengembangkan teori kepribadian yang kemudian besar sekali pengaruhnya dalam lapangan psikologi.
2. Sigmund Freud, Bapak Psikoanalisis
            Sigmund Freud lahir di Moravia pada tanggal 6 Mei 1856 dan meninggal di London pada tanggal 23 September 1939. Sebagai anak muda Freud bercita-cita menjadi ahli ilmu pengetahuan dan dengan keinginan itu pada tahun 1873 masuk fakultas kedokteran di Wina, dan tamat pada tahun 1881.
            Perhatian khusus Freud terhadap neurologi mendorongnya mengadakan spesialisasi dalam perawatan orang-orang yang menderita gangguan syaraf. Untuk mempertinggi kecakapannya Freud belajar selam satu tahun kepada seorang ahli penyakit jiwa di Prancis, yaitu Jean Charcct. Charcct menggunakan metode hipnosis. Freud mencoba metode tersebut tapi tidak merasa puas, ketika dia mendengar bahwa Joseph Breuer, seorang dokter di Wina, mempergunakan metode dengan mengajak pasien berbicara. Freud mencobanya dan berhasil. Breuer dan Freud bersama-sama menulis tentang histeria yang disembahkan dengan percakapan itu (Studien Ueber Hysterie, 1895).
            Kedua ahli itu segera bertentang pendapat mengenai pentingnya faktor seksual dalam histeria. Freud berpendapat bahwa konflik-konflik seksual merupakan sebab daripada histeria. Sejak berpisah dengan Breuer, Freud menempuh jalannya sendiri dan mengemukakan gagasannya yang akhirnya merupakan dasar dari teori psikoanalisis dan memuncak dengan terbitnya karya utamanya yang pertama yaitu: “Traumdeutung” (Takbir Mimpi, The Inspiration of Dream, 1910).
            Tak lama kemudian Freud diikuti oleh banyak ahli dari berbagai negara, antara lain: Ernest Jones dari Inggris, Carl Gustav Jung dari Zurich, Karl Abraham dari Berlin, Alfred Adler dari Wina, A. A. Brill dari New York, Sandor Jerenzi dari Budapest. Dua orang muridnya memisahkan diri karena tidak dependapat dengannya. Mereka yaitu: A. Adler (mendirikan Individual Psychologie tahun 1910) dan C. G. Jung (mendirikan Analytische Psychologie tahun 1913).
POKOK-POKOK TEORI FREUD MENGENAI KEPRIBADIAN
            Teori Freud mengenai kepribadian dapat diiktisarkan dalam rangka struktur, dinamika dan perkembangan kepribadian.
I.  STRUKTUR KEPRIBADIAN
            Menurut Freud kepribadian terdiri atas tiga sistem atau aspek, yaitu:
1.      Id yaitu aspek biologis,
2.      Ego yaitu aspek psikologis,
3.      Super ego yaitu aspek sosiologis.
Ketiga aspek itu masing-masing mempunyai fungsi, komponen, sifat, prinsip kerja, dinamika sendiri-sendiri, mamun ketiganya berhubungan ddengan rapatnya sehingga tidak mungkin memisahkan pengaruhnya terhadap tingkah laku manusia, tingkah laku selalu merupahan hasil kerjasama dari ketiga aspek itu.
1.      Id
Aspek ini adalah aspek biologis dan merupakan sistem yang original di dalam kepribadian,  aspek inilah aspek yang lainnya tumbuh, Freud menyebutnya juga realitas psikis yang sebenar-benarnya (“The True Psychic Reality”), oleh karena Id merupakan dunia batin manusia atau subyektif, dan tidak mempunyai hubungan langsung dengan dunia obyektif. Id berisikan hal-hal yang dibawa sejak lahir (unsur biologis), termasuk instink, dan Id merupakan “reservior” energi psikis yang menggerakkan Ego dan Super Ego. Energi psikis di dalam Id itu dapat meningkat oleh karena perangsang, baik perangsang dari luar maupun perangsang dari dalam. Apabila energi meningkat, yang berarti ada tegangan, segeralah Id mereduksikan energi itu untuk menghilangkan rasa tidak enak itu. Menjadi pedoman dalam berfungsinya Id ialah menghindarkan diri dari ketidakenakan dan mengejar keenakan, pedoman ini disebut “Prinsip Kenikmatan” atau “Prinsip Keenekan” (Lust Prinzip, the Pleasurre Principle). Untuk menghilangkan ketidakenakan dan mencapai kenikmatan iti Id mempunyai dua cara (alat proses), yaitu:
(a)    Refleks dan reaksi-reaksi otomatis, seperti bersin, berkedip, dan sebagainya;
(b)   Proses primer (Primair Vorgang),misalnya orang lapar membayangkan makanan
Akan tetapi jelas bahwa cara “ada” yang demikian itu tidak memenuhi kebutuhan, orang yang lapar tidak akan menjadi kenyang dengan membayangkan makanan. Karena itu maka perlulah adanya sistem lain yang menghubungkan pribadi dengan dunia objektif.
2.      Ego
Aspek ini adalah aspek psikologis daripada kepribadian dan timbul karena kebutuhan organisme untuk berhubungan secara baik dengan dunia kenyataan (Realitat). Orang lapar mesi perlu makan untuk menghilangkan tegangan yang ada dalam dirinya, ini berarti bahwa organisme harus dapat membedakan antara khayalan tentang dan kenyataan tentang makanan. Disinilah letak perbedaan antara Id dan Ego, yaitu kalau Id hanya mengenal dunia batin maka Ego dapat membedakan suatu yang hanya ada dalam batin dan sesuatu yang ada di dunia luar.
      Dalam fungsinya Ego berpegang pada “Prinsip Kenyataan” atau “Prinsip Realitas” (Realitatsprinzip, the reality principle) tujuannya ialah mencari objek yang tepat (serasi)untuk mereduksikan tegangan yang timbul dalam organisme dan beraksi dengan sekunder (Sekundar Vorgang, secondary process) adalah proses berfikir realistis, dengan mempergunakan proses sekunder Id merumuskan suatu rencana untuk pemuasan kebutuhan dan mengujinya (biasanya dengan sesuatu tindakan) untuk mengetahui apakah rrencana itu berhasil atau tidak. Misal: orang lapar merencanakan dimana dia dapat makan, lalu pergi ketempat tersebut untuk mengetahui apakah rencana tersebut berhasil (cocok dengan realitas) atau tidak. Perbuatan ini secara teknis disebut Reality Testing.
      Ego dapat pula dipandang sebagai aspek eksekutif kepribadian, oleh karena Ego ini mengontrol jalan-jalan yang ditempuh, memilih kebutuhan-kebutuhan yang dapat dipenuhi serta cara-cara memenuhinya, serta memilih obyek-obyek yang dapat memenuhi kebutuhan, dalam menjalankan fungsi ini seringkali Ego harus mempersatukan pertentangan-pertentangan antara Id dan Super Egodan dunia luar. Namun harus selalu diingat, bahwa Ego adalah drivat dari Id dan bukan untuk merintanginya, peran utamanya ialah menjadi perantara antara kebutuhan-kebutuhan instinktif dengan keadaan lingkungan, demi kepentingan adanya organisme.
3.      Super Ego
Adalah aspek sosiologi kepribadian, wakil dari nilai-nilai tradisional serta cita-cita masyarakat sebagaimana ditafsirkan oran tua kepada anaknya. Yang diajarkan dengan berbagai perintah dan larangan. Super Ego merupakan kesempurnaan daripada kesenangan, karena Super Ego dapat dianggap sebagai aspek moral kepribadian. Fungsi pokoknya ialah menentukan apakah sesuatu benar atau salah, pantas atau tidak, denagn demikian pribadi dapat bertindak sesuai dengan moral masyarakat.
Super Ego diinternalisasikan dalam perkembangan anak sebagai response terhadap hadiah dan hukuman yang diberikan oleh oran tua). Dengan maksud mendapatkan hadiah dan menghindari hukuman anak mengatur tingkah lakunya sesuai dengan garis-garis yang dikehendaki oleh orang tuanya. Apaun juga yang dikatakan sebagai tidak baik dan bersifat menghukum akan cenderung untuk menjadi “Conscentia” anak, apapun juga yang disetujui dan membawa hadiah cenderung untuk menjadi Ego Ideal anak. Mekanisme yang menyatukan sistem tersebut kepada pribadi disebut Introjeksi.  Super Ego berisi dua hal yaitu Conscentia adalah menghukum anak dengan memberikan rasa dosa dan Id Ideal adalah menghadiahi orang dengan rasa bangga akan dirinya. Terbentuknya Super Ego ini maka kontrol terhadap tingkah laku yang dulunya dilakukan oleh oran tuanya menjadi dilakukan oleh dirinya sendiri, moral yang dulunya heteronom lalu menjadi otonom.
Fungsi pokok Super Ego itu dapat dilihat dapal hubungan dengan ketiga aspek kepribadian yaitu:
(a)    Merintangi impuls-impuls Id, terutama impuls seksual dan agresif yang pernyataannya sangat ditentang oleh masyarakat;
(b)   Mendorong Ego untuk lebih mengerjar hal-hal yang moralistis daripada realistis;
(c)    Mengejar kesempurnaan.
Super Ego adalah untuk menentang baik Ego maupun Id dan membuat dunia menurut konsepsi yang ideal. Demikianlah kepribadian menurut Freud, terdiri atas tiga aspek. Dalam keadaan biasa ketiga sistem itu bekerja sama dengan diatur oleh Ego, kepribadian berfungsi sebagai kesatuan.
II. DINAMIKA KEPRIBADIAN
            Freud terpengaruh oleh filsafat determinisme dan positivisme abad XIX dan menganggap organisme manusia sebagai kompleks sistem energi, yang energinya dari makanan serata mempergunakannya untuk bermacam-macamhal: sirkulasi, pernafasan, gerakan otot-otot, mengamati, mengingat, berfikir dan sebagainya. Energi berdasarkan lapangan kerjanya, Freud menamakan energi dalam bidang Psike ini “energi psikis” (Psychic energy). Menurut hukum “penyimpangan tenaga”(Conservation of energy) maka energi dapat berpindah dari satu tempat ke tempat lain, tetapi tak dapat hilang. Freud berpendapat, bahwa energi psikis dapat dipindahkan ke energi fisiologis dan sebaliknya. Jembatan antara energi tubuh dengan kepribadian ialah Ego dengan Instink-instinknya.
1.         Instink
            Ada tiga istilah yang banyak persamaannya, yaitu instink, keinginan (Wish), kebutuhan (Need). Instink adalah sumber perangsang somatis dalam yang dibawa sejak lahir, keinginan adalah perangsang psikologis, sedangkan kebutuhan adalah perangsang jasmani. Organisme juga dapat dirangsang dari luar. Freud beranggapan, bahwa sumber-sumber perangsang dari luar memainkan peranan yang kurang penting jika dibandingkan dengan instink, pada umumnya perangsang dari luar lebih sedikit pengaruhnya terhadap individu daripada perangsang dari dalam, orang dapat menghindarkan diri dari perangsanga luar, tapi tak dapat melarikan diri dari perangsang dari dalam.
            Suatu instink adalah sejumlah energi psikis, kumpulan dari semua instink-instink merupakan keseluruhan daripada energi psikis yang dioergunakan oleh kepribadian. Sebagaimana telah disebutkan Id adalah Reservoir energi ini, serta merupakan tempat kedudukan instink-instink pula. Suatu instink itu mempunyai empat macam sifat, yaitu:
(a)    Sumber Instink
Yaitu kondisi jasmaniah, jadi kebutuhan
(b)   Tujuan Instink
Ialah menghilangkan rangsangan kejasmainian, sehingga ketidak-enakan yang timbul karena adanya tegangan yang disebakan oleh meningkatnya energi dapat ditiadakan. Misal, tujuan instink lapar.
(c)    Obyek Instink
Ialah segala aktivitas yang mengantarai keinginan dan terpenuhinya keinginan itu.
(d)   Pendorong atau Penggerak Instink
Ialah kekuatan instink itu, yang tergantung pada intensitas (besar-kecilnya) kebutuhan. Misal, makin lapar instink laparnya makin besar.Sumber dan tujuan instink itu tetap selama hidup, sedangkan objek serta cara yang dipakai selalu berubah-ubah. Ini disebabkan karena energi psikis itu dapat dipindahkan, dapat digunakan dalam berbagai jalan, akibatnya obyek yang tidak dapat digunakan maka dicari obyek yang lain, begitu seterusnya sampai diketemukan obyek yang cocok. Tingkah laku yang timbul dan didorong oleh energi itu disebut derivat instink (“Instinc Derivative”). Misal, pemuasan instink seksual bayi adalah dengan cara mempermainkan alat kelaminnya sendiri.
            Pemindahan energi dari satu obyek ke obyek lain adalah sifat yang sangat penting pada kepribadian. Praktis semua perhatian, kegemaran, perasaan, kebiasaan serta sikap orang dewasa adalah pemindahan dari obyek aslinya (instink), jadi semua itu adalah “Instinc Derivative”. Teori Freud tentang motivasi semata-mata didasarkan pada pikiran, bahwa instink adalah sumber energi tunggal bagi tingkah laku manusia. Salah satu masalah yang banyak dibicarakan oleh para ahli ialah jumlah dan macam-macamnya instink. James mengemukakan 30 buah macam instink, McDougall mengemukakan 14 dan kemudian 18 instink, Thorndike mengemukakan 40 macam atau lebih, Warren mengemukakan 26 macam atau lebih, Angel mengemukakan 16 macam. Freud tidak berusaha memberikan jumlah serta macam-macamnya instink itu sebab dia beranggapan bahwa keadaan tubuh tempat bergantungnya instink itu tidak cukup dikenal. Freud menerima bahwa bermacam-macm instink itu dapat dikelompokan menjadi dua kelompok, yaitu :

(a)    Instink-instink hidup
Fungsi instink hidup adalah melayani maksud individu untuk tetap hidup dan memperpanjang ras. Bentuk-bentuk utama dari instink ini ialah instink makan, minum, dan seksual. Bentuk energi yang dipakai oleh instink-instink hidup itu disebut “libido”. Walaupun Freud mengakui adanya bermacam-macam bentuk instink hidup, namun dalam kenyataannya yang paling diutamakan adalah instink seksual (terutama dalam masa-masa permulaan, sampai kira-kira tahun 1920).
(b)   Instink-intink mati
Instink-intink mati juga disebut merusak (destruktif). Freudberpendapat bahwa tiap orang mempunyai keinginan yang tidak disadarinya untuk mati. Pendapat tentang adanya keinginan mati  itu didasarkan pada prinsip konstansi yang dirumuskan oleh Fechner, yaitu bahwa semua proses kehidupan itu cenderung untuk kembali kepada ketetapan dunia tiada berkehidupan (anorganis).

            Dalam bukunya yang berjudul “Jenseits des Lustprinzips 1920) Freud memberi alasan tentang adanya keinginan untuk mati itu demikian 
   Kehidupan itu ditimbulkan oleh aksi tenaga kosmis terhadap benda anorganis. Dengan berkembangnya mekanisme reproduksi benda-benda hidup dapat memproduksi jenisnya sendiri dan tak tergantung kepada diciptakan dari alam tak berkehidupan, tetapi walaupun demikian individu-individu tak dapat tiada mesti mengikuti prinsip konstansi, karena prinsip inilah yang menguasainya ketika ia dihidupi. Menurut Freud hidup itu tidak lain hanya perjalanan ke arah mati. Keinginan mati pada manusia adalah pernyataan psikologis prinsip konstansi.
Suatu derivatif instink-instink mati yang terpenting adalah dorongan agresif. Sifat agresif adalah pengrusakan diri yang diubah dengan obyek substitusi. Seorang berkelahi dengan orang lain dan bersifat destruktif, karena keinginan matinya dirintangi oleh kekuatan lain, dalam kepribadian yang berlawanan dengan keinginan mati. Instink-instink hidup dan instink-instink mati dapat saling bercampur, saling menetralkan. Makn misalnya merupakn campuran dorongan makan dan dorongan dekstruktif, yang dapat dipuaskan dengan menggigit, mengunyah dan menelan makanan.
2.         Distribusi dan penggunaan energi psikis
            Dinamika kepribadian terdiri dari cara bagaimana energi psikis itu didistribusikan serta digunakan oleh Id, Ego, dan Super Ego. Pada mulanya Id yang memiliki semua energi dan mempergunakannya untuk gerakan-gerakan refleks dan “pemenuhan keinginan” (wish-fulfillment, wens-vervulling). Kedua aktivitas ini dikemudikan oleh Lust-prinzips. Energi di dalam Id itu sangat mudah bergerak dan berpindah (sangat fluid), sehingga dapat dengan mudah pindah dari satu gerakan ke gerakan yang lain, atau dari khayalan yang satu ke khayalan yang lain.
            Karena Ego tidak mempunyai energi sendiri, maka dia harus meminjamnya dari Id. Jadi harus ada perpindahan energi Id ke Ego ini terjadi karena suatu mekanisme yang disebut: identifikasi. Pengertian identifikasi ini adalah pengertian yang sangat penting dalam psikologi Freud, tetapi juga sangat sukar untuk dimengerti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar